Games

Senin, 05 September 2016

Kisah Motivasi Islami | Hidup Bahagia Islami | Buku Ustadz Yusuf Mansyur | Cerita Ustadz Yusuf Mansyur | Hidup Berbagi



SI ANAK MISTERIUS

"Hey kamu, mari sini !" sapa Luqman halus kepada seorang bocah yang dengan sengaja mengganggu anak kecil lain yang sedang berpuasa. "Siapa nama kamu? Dari mana kamu berasal?" tanya Luqman sambil memegang lengan bocah itu. sebetulnya Luqman gemas, tapi ia tahan kegemasan itu.

Meski ditanya dengan sopan, bocah itu malah balik mendelik ke arah Luqman dan tertawa menyeringai! Tawa bocah itu membuat Luqman melepaskan pegangannya seketika.

Luqman merasa bocah ini bukanlah anak sembarangan. Sungguhpun penampilannya kayak bocah biasa. Kaus plus celana pendek. Agak lusuh, tapi bersih.

Luqman melihat mata bocah itu. Mata itu bukanlah mata anak manusia pada umumnya. Ditambah lagi, sebelumnya Luqman tidak pernah melihat bocah itu di kampungnya, Kampung Ketapang ,Tangerang. Luqman sudah bertanya ke sana kemari, adakah tetangga kampungnya atau orang di kampungnya yang mengenali siapa bocah itu dan siapa keluarganya. Semua orang yang ditanya Luqman menggelengkan kepala, tanda tidak tahu.

--------------------

Bocah itu menjadi pembicaraan di kampung Ketapang, Sudah tiga hari ia mondar mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayannya dan remaja di atasnya bahkan orang tua. Hal ini, bagi orang kampung, menyebalkan. Bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan ke sana ke mari sambil tangan kananya memegang roti isi daging yang tampak cokelat menyala. sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat di plastik es tersebut. pemandangan tersebut menjadi pemandangan biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa. pemandangan tak mengenakan ini justru terjadi di saat orang -orang menunaikan kewajiban puasa ramadhan.

Luqman memutuskan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung belakangan ini, setiap bakda zhuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Luqman pun memutuskan untuk menunggunya dan benar juga, tidak lama Luqman menunggu, bocah itu hadir sambil menari-nari dan membawa serta makanan dan minuman yang berada di kedua tangannya.

"Bismillah..." Luqman kembali mencengkeram tangan bocah itu sambil mengucapkan kalimat itu akhirnya ia berhasil membawa anak itu ke dalam rumahnya dengan maksud menanyakan maksud dan tujuannya.

"Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti ini?" tanya bocah itu dengan tatapan mata yang tajam menghadap ke luqman.

"Maaf ya. itu karena kamu melakukannya di bulan puasa," jawab Luqman halus," apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa. Lalu bukannya ikut menahan lapar dan haus, kamu malah menggoda orang dengan tingkahmu itu." balas Luqman.

"itu 'kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal itu ketimbang saya? kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa? 

Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal itu ketimbang saya? kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup di bawah garis kemiskinan pada sebelas bulan di luar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami?

Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis?

Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal?

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja kalian menahan rasa lapar dan haus? ketika beduk maghrib bertalu, ketika adzan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian?"

Bocah itu terus saja berbicara, tanpa sedikit pun memberi Luqman kesempatan menyela.

Tiba-tiba suara bocah itu berubah yang tadinya ia berkata dengan sangat tegas kini ia bersuara lirih, mengiba.

"ketahuilah, Tuan, kami berpuasa tanpa ujung. kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa lantaran memang tidak ada makanan yang bisa kami makan. sementara tuan berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilan Tuan, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuanlah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan Idul fitri?

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya lantas kalian juga menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan Idul Fitri?

Tuan, sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya.

Tuan, kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan Ramadhan ini apa yang saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami.

Tuan, sadarkah apa yang terjadi bila tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat?

Tuan, jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan, jangan merasa perut 'kan kenyang besok lantaran tersimpan pangan 'tuk setahun. Tuan, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan, bumi kelak.

Wuah... entahlah apa yang diucapkan oleh anak kecil itu membuat Luqman melongo tanpa berfikir sedikitpun. tanpa sadar si Luqman hanya menatap si anak kecil itu berlari keluar dari rumahnya. Ia pun berusaha mengejar namun tidak tampak wujud sama sekali.

" perbanyaklah kalian berkenalan dengan orang-orang fakir serta miskin. Berbaik budilah terhadap mereka, sebab kelak mereka akan mendapatkan kekuasaan."